Halohalo Sahabat Korps! Mungkin kalian sudah sering mendengar kata "konvergensi" dalam kehidupan sehari-hari. Tapi apasih artinya itu?
Menurut KBBI V, konvergensi dapat disebut dengan kata lain yaitu memusat. Konvergensi juga merupakan suatu keadaan menuju satu titik pertemuan. Lalu hubungannya dengan media-media di Indonesia apa dong, Korps?
Konvergensi media menurut Lawson-Borders (dalam Nugroho, Putri & Laksmi, 2013) merupakan suatu usaha untuk menggabungkan media konvesional dan media baru, untuk menyebarkan informasi, hiburan dan berita. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, konvergensi media juga dapat berarti sebuah upaya untuk menimbulkan adanya keselarasan dan kesamaan dalam hal konten dari setiap platform-platform media tertentu. Media-media tersebut tergabung menjadi satu dan memiliki satu tujuan yang sama. Pada dasarnya, konvergensi media ini bertujuan untuk memperoleh simpati publik dalam jumlah yang lebih banyak (ujung-ujungnya mengarah pada orientasi profit). Maka, semakin banyak kanal media yang tergabung, semakin banyak pula simpati publik yang mereka peroleh.
Menurut KBBI V, konvergensi dapat disebut dengan kata lain yaitu memusat. Konvergensi juga merupakan suatu keadaan menuju satu titik pertemuan. Lalu hubungannya dengan media-media di Indonesia apa dong, Korps?
Konvergensi media menurut Lawson-Borders (dalam Nugroho, Putri & Laksmi, 2013) merupakan suatu usaha untuk menggabungkan media konvesional dan media baru, untuk menyebarkan informasi, hiburan dan berita. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, konvergensi media juga dapat berarti sebuah upaya untuk menimbulkan adanya keselarasan dan kesamaan dalam hal konten dari setiap platform-platform media tertentu. Media-media tersebut tergabung menjadi satu dan memiliki satu tujuan yang sama. Pada dasarnya, konvergensi media ini bertujuan untuk memperoleh simpati publik dalam jumlah yang lebih banyak (ujung-ujungnya mengarah pada orientasi profit). Maka, semakin banyak kanal media yang tergabung, semakin banyak pula simpati publik yang mereka peroleh.
Agar konvergensi media itu sendiri dapat
terwujud, perlu adanya usaha untuk menggabungkan ruang redaksi dari
masing-masing kanal media yang berbeda, ke dalam satu ruang redaksi yang sama.
Upaya ini akan mempermudah kelompok media tersebut dalam memproduksi suatu
konten yang sama karena ruang redaksi itu sendiri memiliki fungsi untuk
menyelaraskan konten-konen yang diproduksi.
Dengan
adanya konvergensi media ini, sesungguhnya setiap media tidak perlu repot-repot
dalam halnya meproduksi sebuah konten. Peliputan berita contohnya. Setiap media
yang tergabung menjadi satu tersebut hanya perlu mengandalkan satu jurnalis
saja untuk turun ke lapangan dan meliput berita tersebut. Kemudian, tim-tim
produksi dari setiap kanal media hanya perlu mereproduksi ulang isi berita
tersebut sebelum akhirnya disebarkan kepada masyarakat
Konvergensi
media memiliki hubungan yang erat dengan konglomerasi media (Nugroho, Putri,
dan Laksmi, 2013). Meskipun konglomerasi media lebih mengacu pada strategi
bisnis, sedangkan konvergensi media lebih mengacu pada basis teknologi yang
digunakan untuk mengakses media tersebut, namun keduanya memberikan dampak yang
sama terhadap masyarakat sekitar.
Kembali
ke tujuan utama konvergensi media yang ingin mendapatkan simpati masyarakat
lebih banyak melalui penggabungan dari berbagai macam kanal media yang berbeda.
PT Kompas Gramedia contohnya. Mereka berani untuk memperluas jangkauannya ke
berbagai media yang ada di Indonesia sampai saat ini. Mulai dari televisi,
media online, sampai surat kabar mereka
sapu bersih. Saat ini, media-media seperti Kompas TV, Kompas.com, surat kabar
Harian Kompas, sampai TribunNews, semua berada di bawah naungan perusahaan
tersebut.
Hal
yang sama juga dapat kita lihat pada CT Group. TransCorp yang merupakan bagian
dari unit usaha CT Group -- di bawah naungan Chairul Tanjung -- tersebut masih
merasa tidak puas walaupun sudah memiliki dua kanal stasiun televisi yang
berbeda, yaitu Trans TV dan Trans 7. Mereka tetap berupaya untuk memperluas
jangkauannya sampai ke media online,
seperti detik.com dan CNNIndonesia.com. Upaya tersebut tidak lain dan tidak
salah lagi bertujuan untuk memperbesar keuntungan mereka, bahkan keuntungan
pribadi, dengan cara memperoleh simpati masyarakat yang lebih suka mengakses
berita melalui media online. Bahkan
di luar itu, CT Group masih memiliki hubungan dengan perusahaan-perusahaan
besar lainnya, mulai dari perusahaan asuransi seperti PT Bank Mega, sampai pada
industri rekreasi seperti Trans Studio Bandung.
Berdasarkan
kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan dan kanal media
besar berhasil mengembangkan industri dan konvergensinya ke berbagai media
karena mereka memiliki modal yang besar pula. Bagaimana dengan kanal-kanal
media yang tidak memiliki cukup modal untuk memperluas jangakuannya? Tentunya
ini menjadi dampak negatif bagi adanya konvergensi media itu sendiri. Hal
tersebut justru memaksa kanal media seperti itu untuk gelar tikar karena sudah
jelas bahwa mereka kalah bersaing dengan kanal-kanal media besar seperti itu
(Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2013.)
Selain
itu, adanya konvergensi media ini juga mengakibatkan berkurangnya variasi
konten karena penyeragaman oleh kanal-kanal media. Konvergensi media juga
menjadi tantangan yang baru yang harus dihadapi oleh para jurnalis. Mau tidak
mau, para jurnalis dituntut untuk lebih professional dalam mengoperasikan
alat-alat teknologi. Konvergensi media memungkinkan kanal-kanal media
menyebarkan isi kontennya ke berbagai alat teknologi/media, mulai dari surat
kabar sampai media online. Oleh
karena itulah, para jurnalis harus dapat menyesuaikannya karena mereka tidak
akan tahu kapan dan dimana mereka akan ditempatkan. Bisa saja seorang jurnalis
yang bekerja untuk kanal media yang berorientasi pada surat kabar, tiba-tiba
ditugaskan untuk bekerja untuk kanal media yang berorientasi pada televisi.
Konvergensi
media yang terjadi dalam bidang industri media pada masa ini sudah terbukti
banyak memberikan dampak buruk, termasuk kurangnya keberagaman konten yang
beredar dalam masyarakat. Namun, sampai saat ini pun belum ada regulasi yang
jelas yang mengatur permasalahan ini.
Zulviani (dalam Nugroho, Putri & Laksmi, 2013) yang merupakan
anggota Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATSI), pun mengatakan bahwa tidak
ada peraturan untuk mengendalikan struktur bisnis media.
Sumber:
Buku
Nugroho, Yanuar. Dinita Andriani Putri & Shita Laksmi. 2013. Memetakan Lanskap Industri Media Di Indonesia. Jakarta: Centre for Innovation Policy and Government.
Internet
http://www.beritasatu.com/politik/477984-kerangka-hukum-kewenangan-pemilu-dinilai-masih-lemah.html. Purnamasari, Deti Mega. 2018. Kerangka Hukum Kewenangan Pemilu Dinilai Masih Rendah. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
https://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/565574/7-media-ini-dituding-berpihak-dan-tendensius. Tempo.co. 2014. 7 Media Ini Dituding Berpihak dan Tendensius. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
https://news.okezone.com/amp/2017/12/27/337/1836515/tahun-politik-dan-netralitas-media. Mardiyansyah, Khafid. 2017. Tahun Politik dan Netralitas Media. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
Sumber:
Buku
Nugroho, Yanuar. Dinita Andriani Putri & Shita Laksmi. 2013. Memetakan Lanskap Industri Media Di Indonesia. Jakarta: Centre for Innovation Policy and Government.
Internet
http://www.beritasatu.com/politik/477984-kerangka-hukum-kewenangan-pemilu-dinilai-masih-lemah.html. Purnamasari, Deti Mega. 2018. Kerangka Hukum Kewenangan Pemilu Dinilai Masih Rendah. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
https://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/565574/7-media-ini-dituding-berpihak-dan-tendensius. Tempo.co. 2014. 7 Media Ini Dituding Berpihak dan Tendensius. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
https://news.okezone.com/amp/2017/12/27/337/1836515/tahun-politik-dan-netralitas-media. Mardiyansyah, Khafid. 2017. Tahun Politik dan Netralitas Media. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
0 komentar:
Posting Komentar