Sabtu, 19 Mei 2018

Mengapa Ada Konvergensi Media?



Halohalo Sahabat Korps! Mungkin kalian sudah sering mendengar kata "konvergensi" dalam kehidupan sehari-hari. Tapi apasih artinya itu?

Menurut KBBI V, konvergensi dapat disebut dengan kata lain yaitu memusat. Konvergensi juga merupakan suatu keadaan menuju satu titik pertemuan. Lalu hubungannya dengan media-media di Indonesia apa dong, Korps?

Konvergensi media menurut Lawson-Borders (dalam Nugroho, Putri & Laksmi, 2013) merupakan suatu usaha untuk menggabungkan media konvesional dan media baru, untuk menyebarkan informasi, hiburan dan berita. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, konvergensi media juga dapat berarti sebuah upaya untuk menimbulkan adanya keselarasan dan kesamaan dalam hal konten dari setiap platform-platform media tertentu. Media-media tersebut tergabung menjadi satu dan memiliki satu tujuan yang sama. Pada dasarnya, konvergensi media ini bertujuan untuk memperoleh simpati publik dalam jumlah yang lebih banyak (ujung-ujungnya mengarah pada orientasi profit). Maka, semakin banyak kanal media yang tergabung, semakin banyak pula simpati publik yang mereka peroleh.

Agar konvergensi media itu sendiri dapat terwujud, perlu adanya usaha untuk menggabungkan ruang redaksi dari masing-masing kanal media yang berbeda, ke dalam satu ruang redaksi yang sama. Upaya ini akan mempermudah kelompok media tersebut dalam memproduksi suatu konten yang sama karena ruang redaksi itu sendiri memiliki fungsi untuk menyelaraskan konten-konen yang diproduksi.

Dengan adanya konvergensi media ini, sesungguhnya setiap media tidak perlu repot-repot dalam halnya meproduksi sebuah konten. Peliputan berita contohnya. Setiap media yang tergabung menjadi satu tersebut hanya perlu mengandalkan satu jurnalis saja untuk turun ke lapangan dan meliput berita tersebut. Kemudian, tim-tim produksi dari setiap kanal media hanya perlu mereproduksi ulang isi berita tersebut sebelum akhirnya disebarkan kepada masyarakat

Konvergensi media memiliki hubungan yang erat dengan konglomerasi media (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2013). Meskipun konglomerasi media lebih mengacu pada strategi bisnis, sedangkan konvergensi media lebih mengacu pada basis teknologi yang digunakan untuk mengakses media tersebut, namun keduanya memberikan dampak yang sama terhadap masyarakat sekitar.

Kembali ke tujuan utama konvergensi media yang ingin mendapatkan simpati masyarakat lebih banyak melalui penggabungan dari berbagai macam kanal media yang berbeda. PT Kompas Gramedia contohnya. Mereka berani untuk memperluas jangkauannya ke berbagai media yang ada di Indonesia sampai saat ini. Mulai dari televisi, media online, sampai surat kabar mereka sapu bersih. Saat ini, media-media seperti Kompas TV, Kompas.com, surat kabar Harian Kompas, sampai TribunNews, semua berada di bawah naungan perusahaan tersebut.

Hal yang sama juga dapat kita lihat pada CT Group. TransCorp yang merupakan bagian dari unit usaha CT Group -- di bawah naungan Chairul Tanjung -- tersebut masih merasa tidak puas walaupun sudah memiliki dua kanal stasiun televisi yang berbeda, yaitu Trans TV dan Trans 7. Mereka tetap berupaya untuk memperluas jangkauannya sampai ke media online, seperti detik.com dan CNNIndonesia.com. Upaya tersebut tidak lain dan tidak salah lagi bertujuan untuk memperbesar keuntungan mereka, bahkan keuntungan pribadi, dengan cara memperoleh simpati masyarakat yang lebih suka mengakses berita melalui media online. Bahkan di luar itu, CT Group masih memiliki hubungan dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya, mulai dari perusahaan asuransi seperti PT Bank Mega, sampai pada industri rekreasi seperti Trans Studio Bandung.

Berdasarkan kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan dan kanal media besar berhasil mengembangkan industri dan konvergensinya ke berbagai media karena mereka memiliki modal yang besar pula. Bagaimana dengan kanal-kanal media yang tidak memiliki cukup modal untuk memperluas jangakuannya? Tentunya ini menjadi dampak negatif bagi adanya konvergensi media itu sendiri. Hal tersebut justru memaksa kanal media seperti itu untuk gelar tikar karena sudah jelas bahwa mereka kalah bersaing dengan kanal-kanal media besar seperti itu (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2013.)

Selain itu, adanya konvergensi media ini juga mengakibatkan berkurangnya variasi konten karena penyeragaman oleh kanal-kanal media. Konvergensi media juga menjadi tantangan yang baru yang harus dihadapi oleh para jurnalis. Mau tidak mau, para jurnalis dituntut untuk lebih professional dalam mengoperasikan alat-alat teknologi. Konvergensi media memungkinkan kanal-kanal media menyebarkan isi kontennya ke berbagai alat teknologi/media, mulai dari surat kabar sampai media online. Oleh karena itulah, para jurnalis harus dapat menyesuaikannya karena mereka tidak akan tahu kapan dan dimana mereka akan ditempatkan. Bisa saja seorang jurnalis yang bekerja untuk kanal media yang berorientasi pada surat kabar, tiba-tiba ditugaskan untuk bekerja untuk kanal media yang berorientasi pada televisi.


Konvergensi media yang terjadi dalam bidang industri media pada masa ini sudah terbukti banyak memberikan dampak buruk, termasuk kurangnya keberagaman konten yang beredar dalam masyarakat. Namun, sampai saat ini pun belum ada regulasi yang jelas yang mengatur permasalahan ini.  Zulviani (dalam Nugroho, Putri & Laksmi, 2013) yang merupakan anggota Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATSI), pun mengatakan bahwa tidak ada peraturan untuk mengendalikan struktur bisnis media. 

Sumber:
Buku
Nugroho, Yanuar. Dinita Andriani Putri & Shita Laksmi. 2013. Memetakan Lanskap Industri Media Di Indonesia. Jakarta: Centre for Innovation Policy and Government.
Internet
http://www.beritasatu.com/politik/477984-kerangka-hukum-kewenangan-pemilu-dinilai-masih-lemah.html. Purnamasari, Deti Mega. 2018. Kerangka Hukum Kewenangan Pemilu Dinilai Masih Rendah. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.
https://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/565574/7-media-ini-dituding-berpihak-dan-tendensius. Tempo.co. 2014. 7 Media Ini Dituding Berpihak dan Tendensius. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.

https://news.okezone.com/amp/2017/12/27/337/1836515/tahun-politik-dan-netralitas-media. Mardiyansyah, Khafid. 2017. Tahun Politik dan Netralitas Media. Diakses pada Minggu, 22 April 2018 melalui laptop.


0 komentar:

Posting Komentar

Kritis pada media, maju untuk Indonesia!

Blog oleh Bernardus Pandu, Cindy Gozali, Desicia Calista, dan Laurensia Lucinta. Diberdayakan oleh Blogger.
"The mass media, their influence is everywhere, they tell us what to do, what to think, and they tell us to think about ourselves all of the time" - Tricia Harris

Mass Communication Class D

Isu Literasi Digital

Dunia kini berkembang semakin canggih, masyarakat pun mau tidak mau mengikuti moderenisasi yang ada, termasuk juga dalam bidang teknologi...

Formulir Kontak

Total Pageviews

Cari Blog Ini

Pages

Blogger templates