Minggu, 25 Februari 2018

Surat Kabar, Gimana Kabarnya?


Hai sahabat korps! Siapa yang tak kenal surat kabar? Pastinya sudah tidak asing lagi dong ya dengan surat kabar. Tidak hanya kalian sahabat korps, surat kabar bahkan eksis di seluruh kalangan masyarakat juga, mulai dari siswa sekolah dasar hingga orang dewasa. Hal itu lah yang menjadikan surat kabar sebagai salah satu bagian dari media cetak yang paling populer di antara media-media lainnya.

Surat kabar banyak digemari dan diminati oleh masyarakat. Sebagai pembaca, tak sedikit dari mereka yang bahkan berlangganan surat kabar tersebut, sesuai dengan perusahaan media yang mereka minati, alasannya pun bermacam-macam. Mereka menganggap bahwa surat kabar merupakan media yang kredibel, banyak ruang, dan dapat  menjadi rujukan fakta. Selain itu, mereka juga menganggap bahwa berita-berita yang disajikan dalam surat kabar mengandung informasi yang terpercaya. Tidak seperti portal-portal berita pada kebanyakan media online yang menyajikan berita-berita hoax.

Meskipun usianya dapat dikatakan sudah sangat tua, namun surat kabar tetap dapat bertahan di dalam kehidupan masyarakat sampai sekarang. Surat kabar itu sendiri pertama kali muncul pada tahun 1690.di Amerika Serikat tepatnya di Boston. Surat kabar tersebut diterbitkan oleh seorang bernama Benjamin Harris dengan judul Public Occurences. Karena di dalamnya memuat tentang perselingkuhan raja maka surat kabar tersebut akhirnya ditutup. Beberapa tahun kemudian, ia mencoba menerbitkan kembali surat kabar dengan headline dan layout yang lebih menarik.

Surat kabar boleh saja masih diakui keberadaannya sampai saat ini, tetapi zaman akan terus berubah. Seiring dengan perkembangan teknologi, keberadaan surat kabar sebagai salah satu media cetak mulai terancam. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ditandai dengan munculnya media-media digital dan online membuat eksistensi surat kabar perlahan-lahan mulai tersingkir. Kelahiran Generasi Z juga turut mendukung fenomena ini. Generasi yang mulai lahir sejak tahun 1996 ini lebih menyukai hal-hal yang berbau instan. Mereka lebih suka untuk mengonsumsi informasi dalam bentuk visual (foto, video, atau animasi) yang menarik dan memanjakan mata. Informasi semacam ini tentu tidak dapat kita temui di surat kabar. Selain itu, masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca yang rendah juga turut memberikan ancaman pada eksistensi surat kabar di era modernisasi ini.

Melihat ancaman-ancaman tersebut, tak sedikit redaksi surat kabar yang akhirnya gulung tikar. Mereka yang tidak dapat bertahan biasanya memiliki cakupan target pasar yang sempit yakni materinya yang spesifik pada topik tertentu. Misalnya Sinar harapan yang berlatar belakang kristiani atau harian vola yang secara spesifik menerbitkan informasi tentang dunia persepak bolaan.

Dengan mempertimbangkan ciri khas surat kabar dan ancaman-ancaman yang akan dihadapi dimasa mendatang, penulis memprediksi bahwa surat kabar akan terus eksis. Meski mungkin hanya surat kabar yang memang sudah memiliki nama yang akan bertahan. Namun, surat kabar yang melakukan inovasi mengikuti perkembangan zaman juga tentu akan bertahan.


Sumber:




Perbedaan
Amerika Serikat
  • Surat kabar pertama terbit pada tahun 1690
  • Nama surat kabar pertama adalah public occurrances
  • Surat kabar pertama diterbitkan oleh Benjamin Harris
Indonesia
  • Surat kabar pertama berbahasa belanda terbit tahun 1745, sedangkan yang berbahasa Indonesia terbit tahun 1901
  • Nama surat kabar pertama berbahasa belanda adalah Bataviasche Nocevelles, sedangkan yang berbahasa Indonesia bernama Warta Berita
  • Surat kabar pertama berbahasa belanda diterbitkan oleh voc sedangkan yang berbahasa Indonesia diterbitkan oleh Datuk Sutan Narajo

Persamaan
  • Surat kabar diatas terbit seminggu sekali
  • Perkembangan media cetak di Amerika dan Indonesia dimulai pada tahun 1800an yaitu dengan berkembangnya media cetak lokal. Media cetak mingguan maupun media cetak bulanan
  • Pada awal perkembanganmedai cetak di amerika dan Indonesia, saat koran pertama terbit hanya berisi berita dari kerajaan maupun pemerintahan seperti berita pernikahan, kapal dagang, kematian dll




Quiz Time!
  1. Surat kabar pertama di dunia ....
  2. Surat kabar pertama dalam bahasa Inggris ....
  3. Surat kabar pertama dari Amerika ....
  4. Surat kabar pertama dari Amerika diterbitkan oleh ....
  5. Surat kabar asal Solo yang sudah gulung tikar adalah ....
  6. Salah satu surat kabar tertua yang sudah gulung tikar adalah....
  7. Surat kabar pertama di Indonesia diterbitkan oleh...
  8. Ruag kosong yang terdapat dalam surat kabar disebut juga dengan istilah....
  9. Istilah lain dari surat kabar adalah....
  10. Tribun Jakarta termasuk dalam konglomerasi yang dipimpin oleh grup....
  11. Lampu hijau merupakan salah satu jenis koran....
  12. ... adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap isi surat kabar.
  13. Surat kabar yang memiliki ukuran lebih kecil dan memuat sensasi dapat disebut juga dengan ....
  14. Koran yang berbahasa Melayu pertama adalah ....
  15. Keterangan text pada objek gambar yang posisinya tepat di bawah gambar disebut ....
  16. Berita ringan yang biasanya bertemakan human interest disebut ....
  17. Jurnalistik yang bekerjanya secara bebas/lepas disebut ....
  18. Bagian judul berita dalam surat kabar adalah ....
  19. Keterangan sang penulis berita disebut .....
  20. Lebih mengarah ke grafis/gambar/ilustrasi/non kata atau perwajahan/tata letak, termasuk setting disebut ....

Sabtu, 10 Februari 2018

Identifikasi Kelayakkan Gambar Dalam Hubungannya Dengan Kode Etik Jurnalistik

Baru-baru ini situs media online Detik.com yang bernaung di bawah PT Trans Corp, mengunggah salah satu berita yang sedang ramai dibicarakan masyarakat. Berita tersebut tentang seorang guru yang tewas akibat dianiaya oleh muridnya sendiri. Dalam tajuk berita yang berjudul “Guru SMA di Sampang, Madura Tewas Diduga Karena Dianiya Siswa”, situs berita Detik.com menampilkan foto yang dianggap kurang layak untuk dipublikasikan kepada masyarakat luas. Foto tersebut menunjukkan kondisi korban yang sedang dalam keadaan kritis, meskipun akhirnya korban harus meregang nyawanya dan dinyatakan meninggal dunia. Di dalam gambar tersebut, wajah korban terlihat jelas dengan beberapa peralatan medis yang masih terpasang.

Berdasarkan kode etik Jurnalistik yang berlaku di Indonesia, foto tersebut tentu tidaklah layak untuk dipublikasikan. Seperti tertera pada pasal 2 kode etik jurnalistik, yang menyatakan bahwa  wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Dalam penafsirannya, cara-cara yang professional tersebut meliputi bagaimana wartawan tersebut mampu menjaga dan menghormati hak privasi orang sebagai narasumber atau identitas yang diinformasikan kepada masyarakat.  Dengan memperlihatkan wajah korban, secara tidak langsung redaksi media online dinilai tidak menghormati hak privasi sang korban. Selain itu, unggahan foto tersebut juga melanggar kode etik jurnalistik pasal 4 yang menyatakan bahwa wartaan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Dalam hal ini, sadis yang dimaksud adalah tidak mengenal belas kasihan terhadap keluarga dan orang-orang terdekat korban.


Berita serupa juga ditemukan pada situs media online lainnya, salah satunya Tribunnews.com. Media tersebut mengunggah berita dengan topik yang sama dan foto yang serupa. Namun terdapat perbedaaan yang cukup mencolok diantara kedua media online tersebut,dimana wajah korban dalam foto yang diunggah oleh tribunnews.com telah disensor. Disisi lain, tribunnews.com juga mencantumkan foto korban semasa hidupnya sebagai cara yang lebih tepat untuk menginformasikan identitas korban.


sumber: https://news.detik.com/berita/d-3845896/guru-sma-di-sampang-madura-tewas-diduga-karena-dianiaya-siswa


sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2018/02/05/kasus-murid-aniaya-guru-hingga-tewas-di-sampang-ini-respon-venna-melinda

Terkait dengan foto tersebut, terdapat indikasi bahwa situs media online yang bersangkutan melakukannya untuk mendongkrak rating. Dengan menampilkan foto asli korban tanpa adanya sensor, media berusaha memancing pembaca untuk mengakses situs berita tersebut. Hal ini dikarenakan para pembaca cenderung ingin mengetahui kondisi fisik korban secara jelas. Dilansir dari mediaindonesia.com, KOMISI Nasional Antike-kerasan Perempuan (Komnas Perempuan) mengungkapkan sebagian besar media massa masih melanggar kode etik jurnalistik, salah satunya terdapat beberapa kategori berita yang mengandung informasi cabul dan sadis. Di sisi lain, menurut nasional.tempo.co, Presiden Indonesia Joko Widodo menjelaskan bahwa pemerintah saat ini tidak lagi dapat menekan pers. Hal itu dikarenakan persaingan media yang semakin ketat membuat pers ditekan oleh media online lainnya untuk saling bersaing sehingga tidak heran jika saat ini banyak media yang rela meninggalkan kualitas beritanya dan memilih untuk mempublikasikan berita yang sekiranya menarik di mata masyarakat, kembali hal itu dilakukan semata mata demi mendongkrak sebuah rating.


Sumber:

Rabu, 07 Februari 2018

Kritis pada media, maju untuk Indonesia!

Blog oleh Bernardus Pandu, Cindy Gozali, Desicia Calista, dan Laurensia Lucinta. Diberdayakan oleh Blogger.
"The mass media, their influence is everywhere, they tell us what to do, what to think, and they tell us to think about ourselves all of the time" - Tricia Harris

Mass Communication Class D

Isu Literasi Digital

Dunia kini berkembang semakin canggih, masyarakat pun mau tidak mau mengikuti moderenisasi yang ada, termasuk juga dalam bidang teknologi...

Formulir Kontak

Total Pageviews

Cari Blog Ini

Pages

Blogger templates